Sabtu, 08 Oktober 2011

LAPORAN PRAKTEK PENYULUHAN

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu produk pertanian Kabupaten Cianjur terkenal dan menjadi unggulan nasional bahkan dikenal secara internasional adalah beras Cianjur, terutama beras pandan wangi. Beras Cianjur selain untuk pemenuhan konsumsi sendiri juga sering dijadikan buah tangan oleh masyarakat luar kota. Dengan permintaan yang terus meningkat, maka diperlukan upaya peningkatan jumlah produksi beras cianjur untuk memenui permintaan tersebut.
Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi produk pertanian, termasuk beras. Salah satunya hama yang disebabkan oleh tikus. Tikus adalah salah satu hama tanaman pertanian terutama beras yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di sentral produksi beras di Cianjur. Tikus ini memakan padi secara besar-besaran sehingga menurunkan jumlah produksi.
Untuk megendalikan hama tersebut seringkali digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebihan sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan tinggi. Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijaksanaan pengendalian hama secara konvensional yang bertumpu pada penggunaan pestisida berspektrum luas yang ternyata dapat menimbulkan masalah resistensi hama, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, residu pada hasil pertanian, pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat. Konsep PHT didasarkan pada pengembangan ekologi dan efisiensi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berkelanjutan. Sasaran PHT tidak hanya mengupayakan agar populasi atau sasaran organisme pengganggu tanaman (OPT) terkendali dan produktifitas pertanian meningkat tetapi juga mengupayakan peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani serta mengurangi resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida.
Strategi operasional penerapan konsep PHT adalah memadukan beberapa teknik pengendalian dengan memprioritaskan pada teknik-teknik yang mempunyai dampak minimal sehingga aman terhadap lingkungan, sedangkan pengunaan pestisida merupakan cara yang terakhir apabila cara lain tidak mampu mengendalikan OPT. Penggunaan pestisida didasarkan pada hasil pengamatan apabila ditemukan populasi OPT telah mencapai batas ambang ekonomi.
Memperhatikan strategi operasional tersebut, maka penempatan pestisida hayati (agen hayati) merupakan komponen kunci dalam penerapan konsep PHT. Salah satu alternatif pengendalian hama tikus yang menyerang produk pertanian adalah pemanfaatan sumber daya di sekitar, seperti pengumpanan menggunakan singkong, pandan, dan ubi gadung, kemudian juga dapat dilakukan dengan pengemposan oleh karbit, ban bekas dan limbah cabe rawit. Teknik-teknik ini telah dikembangkan dan dapat diproduksi secara massal untuk digunakan sebagai pestisida nabati.
Walaupun keberhasilan dari pestisida nabati memberikan dampak positif terhadap pengendalian hama tikus dan keselamatan lingkungan. Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat khususnya petani padi mengenai pengendalian hama tikus ini dengan menggunakan teknologi sederhana.

1.2  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Penyuluhan dengan tujuan, diantaranya :
1)      Agar mahasiswa dapat belajar secara langsung bagaimana suatu penyuluhan itu berlangsung.
2)      Mengetahui secara langsung kondisi di lapangan tentang karakteristik petani.
3)      Pemberian bekal pemahaman petani mengenai peluang efisiensi biaya produksi padi dengan menggunakan pestisida nabati.
4)      Pemberian bekal pemahaman kepada petani mengenai teknologi penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan hama tikus pada padi atau produk pertanian lainnya dengan penggunaan sumber daya sekitar.
5)       Pemberian pemahaman tentang aspek-aspek teknologi pengembangan  dan cara memproduksi pestisida nabati untuk hama tikus.
6)      Menciptakan kemandirian petani dalam menanggulangi permasalahan pertanian yang ada di lingkungan kelompoknya dengan bekal pengetahuan yang didapat sehingga petani mampu mengembangkan pestisida nabati ini secara mandiri.
7)      Peningkatan pengetahuan petani melalui kegiatan penyuluhan merupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikan konstribusi yang lebih besar terhadap peningkatan produksi tanaman padi di Indonesia.

1.3. Sasaran Kegiatan
Dengan terlaksananya kegiatan penyuluhan penggunaan biopestisida hama tikus ini maka diharapkan dapat mengefisienkan biaya produksi padi khususnya dan dapat memberikan hasil berupa :
1)        Perubahan tingkah laku dan sudut pandang petani dalam meminimalkan  penggunaan pestisida kimia yang sampai saat ini terkesan kurang  terkendali.
2)        Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam penanganan serangan hama dengan pestisida nabati
3)        Munculnya kemampuan dalam penanganan pengelolaan usahatani yang lebih aman terhadap lingkungan serta sumberdaya alam yang tersedia, sehingga dapat meminimalisir aspek-aspek kegagalan panen yang diakibatkan oleh serangan hama .

II.             TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan adalah suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani dan keluarganya sehingga mereka mengalami perubahan (progresif change) pola pikir (cognitif), pola sikap (afektif) dan pola tindak/kerja (psikomotor), mereka menjadi tahu, mau dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya (Subejo, 2010).
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan : ”penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelak usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.
Penyuluhan pertanian dilayani oleh sekitar 35.000 petugas lapangan dan 3.000 penyuluh spesialis. Rasio petugas penyuluh dengan kaluarga petani di Jawa sekitar 1:800 dan untuk luar Jawa 1:1200. Dengan mepertimbangkan besarnya rasio, selama ini telah dikembagkan groupbased approach karena sangat kecil kemungkinannya menerapkan individual-based approach seperti di sistem yang telah banyak diterapkan di negara-negara maju (Martaatmidjaja, 1996).
Penyuluhan pertanian telah meningkatkan tingkat adopsi teknologi, tingkat kesadaran dan tingkat produktifitas petani. Kontribusi penyuluhan tidak hanya untuk diseminasi teknologi yangsophisticated, information sharing untuk teknologi pedesaan tercakup didalamnya inovasi sederhana untuk petani miskin dan illeterate telah memberikan dampak yang besar serta meningkatkan produktifitas (World Bank, 2001).

III.           METODELOGI PELAKSANAAN

3.1  Waktu dan Tempat Praktek
Kegitan Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2011 jam 13.00 s/d 14.30 bertempat di kelompok tani Rukun Warga dan kelompok taruna tani Rukun Warga Kampung Sukanagara Desa Sukamantri Kecamatan Karangtengah
.
3.2  Bahan dan Metode
Bahan yang dipersiapkan berupa proposal kegiatan, surat undangan ke petani dan aparat desa setempat, materi tentang biopestisida hama tikus, berupa hand out dan multimedia melalui power point yang dipresentasikan oleh perwaklian mahasiswa serta pembagian tugas mahasiswa lainnya dalam praktek penyuluhan. Alat bantu yang digunakan meliputi kertas karton, spidol, lakban dan alat peraga.
Adapun metode yang digunakan adalah :
ü  Tatap Muka Langsung
ü  Diskusi
ü  Teknologi Langsung
ü  Media interaktif  (Infokus)
ü  Media Cetak  Leflet
ü  Sosialisasi tentang biopestisida hama tikus dengan teknologi sederhana.
Pada waktu pelaksanaan praktek, tentative acaranya adalah sebagai berikut :
·         Pembukaan oleh Dosen Manajemen Penyuluhan Faperta
·         Sambutan kepala desa setempat/ Kepala BPP Kec Karangtengah yang hal ini diwakili oleh POPT  (Pengamat Organisme Penggagu Tanaman) Kec Karangtengah
·         Pembukaan oleh perwakilan mahasiswa
·         Penyampaian presentasi oleh perwakilan mahasiswa
·         Diskusi dan Tanya jawab antara petani dan narasumber
·         Arahan dan kesimpulan oleh dosen
·         Doa penutup oleh perwakilan mahasiswa atau petani

Pengambilan dokumentasi seperti pemotretan merupakan hal penting sebagai bukti dilaksanakannya kegiatan tersebut, selain dari dokumentasi pemotretan dilakukan pula notulensi kegiatan untuk bahan analisa kegiatan sebagaimana yang disusun dalam laporan ini.


IV.               HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1                                                  METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS
Pengendalian  hama tikus (Ratus-ratus agriventer) dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
4.1.1                                                                                            Pengumpanan
Pengumpanan dilakukan dengan menggunakan:
a.  Singkong
Alat dan bahan yang diperlukan, berupa :
-          Panci
-          Kompor
-          Pisau
-          Singkong kurang lebih 1 kg
-          Air kelapa dari 1 butir kelapa muda
-          Air  untuk merebus
Cara  membuatnya adalah sebagai berikut :
-          Rebus air kelapa sampai mendidih lalu dinginkan
-          Rebus singkong sampai mateng, masukan kedalam air kelapa rebusan tadi minimal 1 jam dan akan menghasilkan racun (toxin) yang dapat membunuh tikus.
Aplikasi/Penerapan di lapangan adalah sebagai berikut :
-          Singkong hasil dari rendaman tadi di simpan di jalan tikus yang masih aktif pada sore hari (menjelang tikus beraktifitas )
-          Reaksi setelah tikus makan umpan tersebut akan langsung mati dalam jangka waktu kurang lebih 1 jam.

b.     Pandan
Alat dan bahan yang diperlukan, berupa :
-          Pisau
-          Daun pandan harum
Cara  membuatnya adalah sebagai berikut :
-          Ambil daun pandan, kemudan diiris  tipis-tipis.
Aplikasi/Penerapan di lapangan adalah sebagai berikut :
-          Daun pandan harum yang sudah di diiris tipis, kemudian ditebarkan di sekitar lubang aktif dan tempat-tempat yang sering di lalui tikus pada sore hari
-          Karena bau daun pandan harum menyerupai bau musang tikus pun akan enggan mendekati area tanaman padi, karena musang meruakan musuh alami tikus.

c.      Ubi Gadung
Alat dan bahan yang diperlukan, berupa :
-           Pisau
-           Baskom / wadah
-           Alat pengaduk
-           1 kg ubi gadung racun
-           10 kg dedak jagung/padi
-           1 ons tepung ikan
-           Kemiri secukupnya
-           Air secukupnya
Cara  membuatnya adalah sebagai berikut :
-          Ubi gaadung dikupas dan dihaluskan
-          Lalu bahan dicampur dan diaduk rata
-          Buat dalam bentuk pellet kering
Aplikasi/Penerapan di lapangan adalah sebagai berikut :
-          Dapat digunakan sebagai umpan di daerah yang banyak tikus
-          Pellet yang sudah jadi di tabur di dalam lubang atau di jalan tikus yang masih aktif.
-          Reaksi yang di timbulkan stelah di konsumsi tikus tersebut akan mati perlahan-lahan setelah 1 jam.
4.1.2        Pengemposan
Pengemposan dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
a.         Karbit
Pengemposan dengan menggunakan karbit dilakukan dengan cara karbit dimasukan ke dalam emposan yang sudah  terdapat sabut kelapa/kain bekas kemudian dikasih air.
Setelah itu akan menghasilkan asap, terus corong asap di masukan kedalam lubang utama tikus yang masih aktif dan lubang lainnya di tutup agar tikus tidak keluar di lubang yang lain, sehingga tikus akan lemas dan mati.
b.        Ban bekas
Caranya adalah ban bekas diiris- iris memanjang seperti tali kemudian diikatkan pada ajir, ajir di simpan di depan lubang tikus, kemudian bagian ujung ban di bakar dan tikus akan menjauh karena bau dari hasil bakaran tadi , karena hasil dari pembakaran akan menghasilkan percikan karet yang mengakibatkan panas di sekitarnya.

4.1.3. Gropyokan Menggunakan Limbah Cabe Rawit
Caranya limbah cabe di tumbuk / di blender sampe halus kurang lebih 1 kg kemudian campur dengan air sebanyak 1 liter dan di saring dengan kain,kemudian diaplikasikan dengan dosis cairan semprot 250 cc untuk 150 liter air.
Tujuan dari penggunaan limbah cabe awit, maka residu yang di hasilkan akan merusak fungsi/gangguan system biologis dari tikus tersebut. Seperti mata pedih, gangguan pencernaan dan pernapasan sehingga aktifitasnya menjadi menuurun dan mudah untuk diburu dan ditangkap.


V.                 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
              Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati misalnya dengan menggunakan singkong, gadung, cabe rawit, dan lain-lain. Hal ini karena pertimbangan keamanan, ramah lingkunan dan efektivitas dalam mengatasi serangan hama tikus.
              Dalam mempercepat adopsi penemuan pengendalain hama dengan menggunakan bahan-bahan alami tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkap seperti penyuluhan. Dengan penyuluhan diharapkan dapat membuat orang dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Selain dari segi harfiah bahasa, penyuluhan mengandung makna khusus sehingga berbeda dengan penerangan maupun kata lain yang bermakna untuk menbuat seseorang menjadi tahu ataupun lebih tahu. Penyuluhan bermakna lebih jauh yakni sampai dengan timbulnya hasrat atau keinginan dalam hati sasaran (yang diberi penyuluhan) tanpa paksaan (kesadaran sendiri) mempraktekkan apa yang dianjurkan penyuluhnya.

5.2 Saran
Dalam meningkatkan keterampilan dan wawasan mahasiswa dalam khususnya bidang penyuluhan maka perlu dilakukan praktikum  terutama bagaimana cara menggali masalah yang ada di lingkungan petani, metode yang harus diambil dalam penyuluhan, waktu, tempat pelaksanaan, materi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan alat peraga yang digunakan.   


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Alat Bantu Penyuluhan Pertanian. http://www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=lain+5&f=naskah_akademik_bab5.htm. Diakses 22 Januari 2011.
Ash-Shiddiq, MM, Drs. Hj. Megawaty. 2011. Bahan Ajar “Manajemen Penyuluhan”. Fakultas Pertanian Universitas Suryakancana. Cianjur.
Ash-Shiddiq, MM, Drs. Hj. Megawaty. 2011. Handout Materi Manajemen Penyuluhan Semester IV Faperta Unsur. Cianjur.
Deptan, 2002. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penyuluhan Pertanian. http://www.deptan.go.id/bpsdm/stpp-magelang/download/ahli_pp_peserta.pdf